Saturday, January 26, 2019

Munculnya Cahaya di Balik Kegelapan

Munculnya Cahaya di Balik Kegelapan
Di sebuah desa terpencil, tampaklah sebuah kehidupan yang sangat mengharukan dan menyedihkan. Terdapat si Arman, Tina dan Budi. Arman adalah anak yang selalu ingin tahu dan baik hati. Tina adalah anak yang mempunyai suka menolong dan pandai. Budi adalah anak yang kuat, suka bekerja keras dan jujur. Ketiganya duduk di kelas 5 SD.

Tina                :    “Arman, apa yang kamu lakukan disitu ?”
Arman            :    (sambil menunjuk suatu arah di balik bukit) “Aku sedang melihat betapa indahnya dibalik bukit sana. Dunia terasa indah. Akankah kita dapat menikmati keindahan itu disini?”
Tina                :    “Insya Allah bisa Arman, selama kita mau berusaha pasti bisa”.
Arman            :    “Seandainya kita di malam hari terdapat cahaya di desa kita dan dilangit yang gelap gulita”. Apa yang bisa kita lakukan, Tina?”
Tina                :    “Memang, sekarang ini listrik sedang padam dan masih dalam perbaikan. Kita bisa memperbaikinya dengan melaporkan kepada paman Doni. Beliau adalah instalasi listrik terbaik di desa kita. Tapi, sayangnya beliau berada di luar kota sedang dalam tugas luar kota”.
Arman            :    “Trus, bagaimana ini kalau om Doni sudah tidak ada di desa ini. Apakah kita harus tinggal diam begitu saja? Menunggu datangnya om Doni, desa ini sudah beberapa hari terlihat gelap gulita. Sampai kapan kita seperti ini ?”
Tina                :    “Iya, ya. Kita harus laporkan kepada bapak kepala desa. Bahwasanya kita harus mengambil langkah yang terbaik untuk desa kita. Yuk, Arman kita ke kediaman bapak kepala desa sekarang”.
Arman            :    “Ayo.... Siapa takut”.


                            (sambil berjalan menuju kediaman bapak kepala desa, ditengah perjalanan Arman dan Tina bertemu dengan Budi yang sedang asyiknya membawa obor menuju suatu tempat).

Tina                :    “Arman, lihat ada apa itu? Terlihat ada cahaya yang berjalan mendekati kita. Semakin lama kayaknya aku mengenalnya”.
Arman            :    “Mana....mana.....mana.....”
                            “Oh...itu. itukan Budi yang membawa obor”.

                            (Budi mendekati Arman dan Tina)

Budi               :    “Hai, teman-teman. Mau kemana kalian?”
Tina                :    “Eh, Budi. Ini mau ke rumah bapak kepala desa. Kamu mau kemana ?”
Arman            :    “aku kirain siapa, Bud? Ada cahaya berjalan sendiri, Eh..... ternyata Budi yang bawa obor”.
Budi               :    “ini mau ke warung bu Santi. Beli lilin dan minyak”. Ngomong-ngomong kalian mau ngapain ke rumah bapak kepala desa?”
Tina                :    “Ini, kami mau laporkan. Sampai berapa lama desa kita padam listrik?”
Budi               :    “Sebentar aku mau ikutan dong. Aku mau ke warung dulu, trus aku bawa pulang lilin dan minyakku. Sekalian satu jalan rumah bapak kepala desa dengan rumahku”. Sebentar, ya!!!”
Arman            :    “Ya sudah, kami tunggu disini. Jangan lama-lama ya?”

                            (beberapa waktu kemudian si Budi datang dengan bawa lilin dan minyak pesanan bundanya. Lalu berjalanlah mereka bertiga ke rumah bapak kepala desa. Budi mampir sejenak ke rumahnya untuk menaruh pesanan ibunya dan berpamitan. Dan mereka bertiga meneruskan perjalanannya).

                            (mereka bertiga sampai di rumah bapak kepala desa dan mengucapkan salam)
Kepala desa :    “Ada apa ya, kok ramai-ramai datang kesini ?” Mas Arman, Mbak Tina dan mas Budi”. Ada sesuatu yang penting kayaknya”.

Tina                :    “Begini pak, sebelumnya kami minta maaf di malam ini kami berkunjung ke rumah bapak. Sampai kapan desa kita mengalami padam listrik?”
Arman            :    “Iya, pak. Aku lihat di balik bukit sana terasa indah di malam gelap. Terdapat cahaya-cahaya yang menyala. Di sini gelap di sana kok tidak gelap?”
Budi               :    “Aku tadi mau belajar, tapi tidak maksimal dan habis juga lilinnya. Makanya aku tadi beli lilin”.
Kepala desa :    “oh....itu. Untuk dibalik bukit sana beda saluran. Sehingga di sana terang benderang. Sedangkan di sini terjadi korsleting. Namun anak-anak tidak usah khawatir. Pak Doni sudah kami hubungi dan siap lusa datang kembali ke desa kita untuk memperbaiki listrik di desa kita”.
Arman            :    “Terima kasih, pak. Atas jawabannya. Alhamdulillah......”.
Tina                :    “Bagaimana kalau kita sambil menunggu datangnya pak Doni ke sini, kita mencoba untuk membuat layang-layang yang diberi lampu?. Itu untuk cahaya di langit. Trus untuk di sekitar kita, kita nyalakan obor di masing-masing depan rumah, sehingga terlihat lebih terang”.
Kepala desa :    “Wah....ide bagus itu mbak Tina”.
Arman            :    “Tapi, itu butuh biaya dan tenaga untuk membuat layang-layang dan tempat obornya”.
Budi               :    “Tenang saja, Arman. Aku bisa kok membuatnya. Nanti kita bersama membuat dan menerbangkannya”. “Kapan kita mulai?”
Kepala desa :    “Untuk masalah biaya, biar kami yang menyiapkan dan segala sesuatunya. Yang terpenting kapan kalian untuk membuatnya?”
Tina                :    “Terima kasih pak. Untuk itu lebih cepat lebih baik. Ayo, kita memulai sekarang”.

                             (segera dibuat layang-layang yang diberi lampu dan obor di depan setiap rumah. Dan diterbangkan bersama-sama dari desa sebelah, sehingga terlihat indah dan terang di desa itu. Desa yang awalnya gelap menjadi terang benderang. Ternyata dengan usaha dan kebersamaan akan tercipta sebuah hasil yang memuaskan).


Demikian cerita pendek ini, semoga menjadi inspirasi bagi semua. Untuk diceritakan di depan siswa kita sebagai bahan acuan untuk berpikir logis, bersifat cinta tanah air, suka menolong, bekerjasama, selalu berpikir kritis yang sifatnya membangun, berani menghadapi kenyataan dan bermusyawarah. Terima kasih................................(krisnadito01@gmail.com)

No comments:

Post a Comment