Di sebuah desa terpencil, tampaklah sebuah kehidupan yang sangat
mengharukan dan menyedihkan. Terdapat si Arman, Tina dan Budi. Arman adalah
anak yang selalu ingin tahu dan baik hati. Tina adalah anak yang mempunyai suka
menolong dan pandai. Budi adalah anak yang kuat, suka bekerja keras dan jujur.
Ketiganya duduk di kelas 5 SD.
Tina : “Arman, apa
yang kamu lakukan disitu ?”
Arman : (sambil
menunjuk suatu arah di balik bukit) “Aku sedang melihat betapa indahnya dibalik
bukit sana. Dunia terasa indah. Akankah kita dapat menikmati keindahan itu
disini?”
Tina : “Insya
Allah bisa Arman, selama kita mau berusaha pasti bisa”.
Arman : “Seandainya
kita di malam hari terdapat cahaya di desa kita dan dilangit yang gelap
gulita”. Apa yang bisa kita lakukan, Tina?”
Tina : “Memang,
sekarang ini listrik sedang padam dan masih dalam perbaikan. Kita bisa
memperbaikinya dengan melaporkan kepada paman Doni. Beliau adalah instalasi
listrik terbaik di desa kita. Tapi, sayangnya beliau berada di luar kota sedang
dalam tugas luar kota”.
Arman : “Trus,
bagaimana ini kalau om Doni sudah tidak ada di desa ini. Apakah kita harus
tinggal diam begitu saja? Menunggu datangnya om Doni, desa ini sudah beberapa
hari terlihat gelap gulita. Sampai kapan kita seperti ini ?”
Tina : “Iya, ya.
Kita harus laporkan kepada bapak kepala desa. Bahwasanya kita harus mengambil
langkah yang terbaik untuk desa kita. Yuk, Arman kita ke kediaman bapak kepala
desa sekarang”.
Arman : “Ayo.... Siapa
takut”.
(sambil berjalan menuju kediaman bapak
kepala desa, ditengah perjalanan Arman dan Tina bertemu dengan Budi yang sedang
asyiknya membawa obor menuju suatu tempat).
Tina : “Arman,
lihat ada apa itu? Terlihat ada cahaya yang berjalan mendekati kita. Semakin
lama kayaknya aku mengenalnya”.
Arman : “Mana....mana.....mana.....”
“Oh...itu. itukan Budi yang membawa
obor”.
(Budi mendekati Arman dan Tina)
Budi : “Hai,
teman-teman. Mau kemana kalian?”
Tina : “Eh, Budi.
Ini mau ke rumah bapak kepala desa. Kamu mau kemana ?”
Arman : “aku kirain
siapa, Bud? Ada cahaya berjalan sendiri, Eh..... ternyata Budi yang bawa obor”.
Budi : “ini mau ke
warung bu Santi. Beli lilin dan minyak”. Ngomong-ngomong kalian mau ngapain ke
rumah bapak kepala desa?”
Tina : “Ini, kami
mau laporkan. Sampai berapa lama desa kita padam listrik?”
Budi : “Sebentar
aku mau ikutan dong. Aku mau ke warung dulu, trus aku bawa pulang lilin dan
minyakku. Sekalian satu jalan rumah bapak kepala desa dengan rumahku”.
Sebentar, ya!!!”
Arman : “Ya sudah, kami
tunggu disini. Jangan lama-lama ya?”
(beberapa waktu kemudian si Budi datang
dengan bawa lilin dan minyak pesanan bundanya. Lalu berjalanlah mereka bertiga
ke rumah bapak kepala desa. Budi mampir sejenak ke rumahnya untuk menaruh
pesanan ibunya dan berpamitan. Dan mereka bertiga meneruskan perjalanannya).
(mereka bertiga sampai di rumah bapak
kepala desa dan mengucapkan salam)
Kepala desa : “Ada
apa ya, kok ramai-ramai datang kesini ?” Mas Arman, Mbak Tina dan mas Budi”.
Ada sesuatu yang penting kayaknya”.
Tina : “Begini
pak, sebelumnya kami minta maaf di malam ini kami berkunjung ke rumah bapak.
Sampai kapan desa kita mengalami padam listrik?”
Arman : “Iya, pak. Aku
lihat di balik bukit sana terasa indah di malam gelap. Terdapat cahaya-cahaya
yang menyala. Di sini gelap di sana kok tidak gelap?”
Budi : “Aku tadi
mau belajar, tapi tidak maksimal dan habis juga lilinnya. Makanya aku tadi beli
lilin”.
Kepala desa : “oh....itu.
Untuk dibalik bukit sana beda saluran. Sehingga di sana terang benderang.
Sedangkan di sini terjadi korsleting. Namun anak-anak tidak usah khawatir. Pak
Doni sudah kami hubungi dan siap lusa datang kembali ke desa kita untuk
memperbaiki listrik di desa kita”.
Arman : “Terima kasih,
pak. Atas jawabannya. Alhamdulillah......”.
Tina : “Bagaimana
kalau kita sambil menunggu datangnya pak Doni ke sini, kita mencoba untuk
membuat layang-layang yang diberi lampu?. Itu untuk cahaya di langit. Trus
untuk di sekitar kita, kita nyalakan obor di masing-masing depan rumah, sehingga
terlihat lebih terang”.
Kepala desa : “Wah....ide
bagus itu mbak Tina”.
Arman : “Tapi, itu
butuh biaya dan tenaga untuk membuat layang-layang dan tempat obornya”.
Budi : “Tenang
saja, Arman. Aku bisa kok membuatnya. Nanti kita bersama membuat dan menerbangkannya”.
“Kapan kita mulai?”
Kepala desa : “Untuk
masalah biaya, biar kami yang menyiapkan dan segala sesuatunya. Yang terpenting
kapan kalian untuk membuatnya?”
Tina : “Terima
kasih pak. Untuk itu lebih cepat lebih baik. Ayo, kita memulai sekarang”.
(segera
dibuat layang-layang yang diberi lampu dan obor di depan setiap rumah. Dan
diterbangkan bersama-sama dari desa sebelah, sehingga terlihat indah dan terang
di desa itu. Desa yang awalnya gelap menjadi terang benderang. Ternyata dengan
usaha dan kebersamaan akan tercipta sebuah hasil yang memuaskan).
No comments:
Post a Comment